OPTIMALISASI
POTENSI KELAPA
SEBAGAI
KEUNGGULAN KOMPETITIF INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Makro
Disusun
oleh :
Rima
Rohani
F0311100
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
PENDAHULUAN
Setiap negara di dunia memiliki kekayaan alam yang berbeda-beda.
Kekayaan yang dimiliki oleh suatu negara
belum tentu bisa dimiliki negara lain. Oleh karena itu setiap negara memiliki
keunggulan masing-masing. Begitu pula, Indonesia. Kekayaan yang dimiliki
negara Indonesia
memang tak ternilai harganya. Kekayaan tersebut dapat dilihat dari luasnya perkebunan kelapa. Dunia mencatatnya sebagai perkebunan kelapa yang terluas di dunia, dengan luas areal mencapai 3,86 juta hektare (ha)
atau 31,2 persen dari total areal dunia yang kurang lebih sekitar 12 juta ha. 98 persen dari total
luas perkebunan kelapa di indonesia
merupakan perkebunan rakyat, dan sisanya berupa perkebunan negara dan
perkebunan swasta.
Persebaran kebun kelapa hampir merata di seluruh Indonesia, dengan
sebaran terbanyak berada di Sumatera mencapai, disusul Jawa Tengah, Jawa Timur ,serta beberapa
derah lainnya. Total produksi kelapa sejak tahun 2007 menjadi
produksi terbesar di dunia dan produksi kelapa terbesar
kedua diiukti oleh negara Philipina. Negara
Philipina juga saingan terberat Indonesia di pasaran dunia.
Sebenarnya sumber
daya kelapa merupakan
keunggulan kompetitif Indonesia. Kelapa memberikan potensi
yang sangat besar dalam memasuki
dunia pasar internasional karena kelapa memiliki
kontribusi dan peran strategis hampir pada semua bidang kehidupan, yaitu di
bidang ekonomi, pangan, kesehatan, energi, lingkungan, konstruksi, sosial
budaya, seni dan kerajinan, serta pariwisata. Namun potensi tersebut masih terhalang oleh
beberapa kendala. Kendala yang utama yaitu karena kurangnya tenaga trampil
dalam mengolah kelapa baik secara hulu maupun hilir. Oleh karena itu Indonesia perlu melakukan
optimalisasi terhadap potensi kelapa Indonesia sehingga
mampu menjadi salah satu
motor penggerak perekonomian nasional.
Optimalisasi dilakukan dengan menentukan
kebijakan,stategi, dan program yang tepat. Optimalisasi ini harus dilakukan
beriringan baik oleh pemerintah, industi, maupun petani kelapa. Apabila hal-hal
tersebut sudah terkondisikan di Indonesia, maka akan meningkatkan produktivitas
kelapa dan mampu mengalahkan potensi Philipina yang merupakan saingan terberat
Indonesia.
PEMBAHASAN
Pohon
kelapa sudah tidak asing lagi di telinga kita karena hampir setiap hari kita
mungkin berhubungan dengan hasil dari tanaman kelapa secara langsung maupun
tidak langsung. Kelapa hidup di
daerah tropis dengan iklim panas dan lembab di Asia-Pasifik.
Tanaman kelapa ini menjadi komoditi sosial dimana komoditi ini dibudidayakan
oleh jutaan petani di Indonesia sekaligus
menjadi matapencaharian utamanya. Kelapa dapat tumbuh di semua jenis tanah. Hal
ini terbukti dengan adanya tanaman kelapa rakyat yang tumbuh di tanah
pekarangan, pertamanan, tempat rekreasi, di pematang sawah dan di kebun
bercampur baur dengan macam tanaman lain serta kelapa dapat juga tumbuh di
sungai dan lain-lain. Tetapi bagi perkebunan atau perusahaan yang akan
mendirikan perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu
agar pertumbuhan tanaman cukup baik dan menguntungkan.
Tanaman
kelapa bagi Indonesia merupakan tanaman yang sangat penting, karena tanaman ini
sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, menjadi salah satu komoditi
usahatani rakyat, dan merupakan komoditi ekspor. Kelapa adalah tanaman
serbaguna yang dimana seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Itulah sebabnya tanaman ini telah ratusan tahun dikenal di seluruh
kepulauan nusantara.
Daging dari buah adalah komponen kelapa yang
paling luas penggunaannya. Daging buah dikembangkan baik untuk produk pangan
maupun non pangan mulai dari produk primer yang masih menampakan ciri-cirinya
hingga yang tidak menampakan ciri-cirinya. Pengolahan dalam pemanfaatan daging
buah kelapa yang sangat dikenal masyarakat pada umumnya dapat berupa segar atau lewat kopra (kering) .
Hasil penting dari pengolahan daging kelapa segar adalah desiccated coconut (DC),
coconut cream (CC), coconut milk (CM) dan coconut crude oil (CCO).
Dan kopra atau biasa disebut minyak klentik
masih diproduksi secara tradisional. Selanjutnya dari produk ini dapat
diturunkan beberapa produk hilir. Perkembangan teknologi dan preferensi
konsumen yang telah mengakomodasi isu lingkungan dan kesehatan, telah mendorong
industri kelapa berkembang makin beragam dan mendalam. Produk-produk yang
banyak diminati karena nilai ekonominya yang tinggi diantaranya adalah VCO, AC,
CF, CP, CC, serta oleokimia yang dapat menghasilkan asam lemak, metil ester,
fatty alkohol, fatty amine, fatty nitrogen, glyserol, dan lain-lainnya.
Bahan-bahan tersebut biasanya dipakai industri hilir yang hanya dikuasai oleh beberapa
perusahaan raksasa trans-nasional yaitu: Unilever, Henkel, Procter and Gamble,
dan Colgate Palmolive. Hanya Filipina dari negara produsen kelapa yang tercatat
sebagai eksportir produk oleokimia dari kelapa.
Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar (97% merupakan perkebunan rakyat), memproduksi kelapa 3,2 juta ton setara kopra (Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian Jakarta, 2009). Di negara Indonesia, industri pengolahan komponen buah kelapa tersebut pada umumnya hanya berupa industri tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil dibandingkan potensi yang tersedia. Daerah sentra produksi kelapa di Indonesia adalah Propinsi Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah. Perkiraan investasi secara keseluruhan untuk mengembangkan infrastruktur, usahatani, dan industri pengolahan kelapa adalah 1,786 trilyun, yang terbagi atas 221 milyar oleh masyarakat terutama petani, 917 milyar oleh kalangan swasta, dan 648 milyar oleh pemerintah pusat dan daerah. Namun perkebunan kelapa rakyat dicirikan memiliki lahan yang sempit, pemeliharaan seadanya atau tidak sama sekali dan tidak pada skala komersial.
Total nilai ekspor kelapa Indonesia sekitar
US$ 364,575 ribu.(Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia
Departemen Perindustrian Jakarta, 2009). Pernyataan tersebut
menyatakan bahwa Indonesia adalah produsen terbesar di dunia. Namun sebagian
besar untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Hal ini mengakibatkan pangsa
pasar terutama minyak kelapa di pasar internasional relatif kecil. Hal ini
berbeda dengan Philiphina yang merupakan negara penghasil kelapa nomor 3 dunia
setelah Indonesia dan India, namun 80% produksinya untuk ekspor.
Bila dilihat dari kemampuan alam Indonesia
terhadap produksi kelapa , Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk
memasuki pasar dunia. Namun keberhasilan perusahaan-perusahan sebagian besar
dipengaruhi oleh kualitas sumberdaya petani. Sedangkan permasalahahn yang ada
adalah terbatasnya tenaga terampil dalam pengolahan lahan kelapa dan terbatasnya tenaga trampil di industri
oleokimia, bioteknologi dan biomasa. Menurut Mithel Kumajas dan Philotheus
Tuerahe (n.d, h.3):
One of the factors that
cause the lowproductivity of the coconut plantation is the lack of coconut
farmers’ knowledge of managing the coconut farm enterprise. Consequently, the
farmers are not able to determine an effective pattern for their own
enterprises. It, in turn, causes the inability of the farmers to attain the
expected income. Therefore, it is necessary to seek for a certain breakthrough
as an effective strategy not only to increase the farmer’ income in particular
but also the local original income in general from coconut enterprises.
Mereka menerangkan bahwa salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya produktivitas perkebunan kelapa adalah kurangnya
pengetahuan petani kelapa dalam mengelola perusahaan pertanian kelapa.
Akibatnya, para petani tidak dapat menentukan pola yang efektif untuk
perusahaan mereka sendiri. Hal ini menyebabkan ketidakmampuan petani untuk
mencapai pendapan yang diharapkan. Oleh karena itu , diperlukan untuk mencari
suatu terobosan tertentu sebagai strategi yang efektif tidak hanya untuk
meningkaka pendapatan petani tetapi juga untuk pendapatan asli daerah pada
umumnya dari perusahaan kelapa. Jadi petani dituntut meiliki pengetahuan yang
lebih dalam membudidayakan dan mengolah kelapa. Untuk meningkatkan produksi
kelada dan variasi produk yang lebih menarik.
Dalam menghadapi kendala Indonesia memasuki
pasar dunia, maka diperlukan kebijakan,strategi, dan progam yang sesuai dengan
kondisi dewasa ini dan perkembangan situasi pada waktu mendatang yang bertumpu
pada mekanisme pasar. Hal ini untuk menciptakan pemanfaatan yang maksimal
terhadap potensi kelapa di Indonesia. Dari segi kebijakan , pemerintah harus
menetapkan kebijakan- kebijakan yang sesuai yaitu dengan menenntukan kebijakan
makro ekonomi yang bersahabat. Kebijakan makro tersebut meliputi kebijakan
fiskal, moneter, dan kebijakan segi penawaran. Dengan memberikan kebijakan
fiskal yang tepat, pendapatan petani kelapa dapat meningkat serta penggunaan
tenaga kerja yang meningkat pula. Dalam kebijakan moneter , menurunnya suku
bunga bank dapat menggalakan penanaman modal terhadap industri kelapa sehingga
banyak tenaga kerja yang terserap. Kebijakan-kebijakan tersebut secara langsung
akan meningkatkan jumlah produksi kelapa yang tinggi.
Pemerintah juga seharusnya menentukan kebijakan
internasional yang berpihak pada pengembangan agribisnis dalam negeri khususnya
dalam bidang kelapa yang sekian lama terbaikan. Kebijakan seperti ini akan
memberikan manfaat bagi petani dalam memasarkan produksi kelapa secara efektif.
Pengembangan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, listrik, telepon, dan
pengairan. Untuk daerah-daerah
tertentu terutama di luar Jawa kondisi infrastruktur pendukung kurang memadai. Dampak dari
hal ini biaya usaha
tani menjadi tinggi
dan harga jual menjadi kurang
bersaing. Sebagai contoh,
di daerah sentra produksi kelapa di Indragiri Hilir hanya memiliki
satu alternatif transportasi, yaitu
transportasi air. Maka didaerah ini harusnya diberikan
infrastuktur transportasi air yang efisien. Hal ini akan membantu para petani
dalam mendistribusikan kelapa, sehingga tidak terjadi distribusi yang
panjang. Karena distribusi yang panjang
akan menyebabkan petani menerima laba yang kecil dan harga kelapa di pasaran
akan jauh lebih mahal.
Selain kebijakan-kebijakan yang harus
diambil, diperlukan pula stategi khusus
untuk mengefektifkan perdagangan kelapa Indonesia. Dalam strategi ini tidak
diperlukan untuk memperluas perkebunan kelapa. Perkebunan kelapa yang sudah ada
sangat cukup untuk kebutuhan pengembangan agribisnis kelapa di Indonesia. Mengembangkan kelembagaan petani sebagai media untuk
mengembangkan organisasi pengelolaan perkebunan kelapa yang efisien, produktif
dan progresif, khususnya dalam hal penerapan teknologi baru atau pola pengembangan
perkebunan yang baru, serta sebagai media negosiasi yang kuat dengan mitra
bisnis dalam bekerjasama. Strategi lain meliputi intensifikasi,
rehabilitasi dan peremajaan. Khusus program peremajaan diintegrasikan dengan
pengembangan industri mebel dan rumah dari kayu kelapa . Memfasilitasi dan
merangsang investasi perusahaan swasta atau BUMN dalam membangun industri
kelapa terpadu. Membangun kemitraan dalam bentuk usaha bersama antara pengusaha
dengan petani kelapa. Mengembangkan networking antar asosiasi petani, antar
asosiasi petani dengan asosiasi perusahaan pengolahan, dan pelaku-pelaku
lainnya dalam sistem agribisnis kelapa.
Program- program yang bisa diambil dalam
meningkatkan produktivitas petani yaitu dengan melakukan optimalisasi melalui
peremajaan kelapa tua dan diversifikasi usaha. Peremajaan dilakukan untuk
mengkondisikan agar tanaman selalu pada posisi berproduksi optimal. Maka
diperlukan peremajaan agar jumlah pohon kelapa tidak berkurang. Diversifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan
pendapatan petani kelapa melalui penganekaragaman usaha tani (tanaman dan
ternak). Peremajaan dan diversifikasi dapat dilakukan dengan memasukkan tanaman
tumpangsari, tanaman perkebunan lainnya dan ternak. Program pengembangan industri
pengolahan untuk menambah pendapatan petani dari produk-produk olahan lainnya
seperti air kelapa, sabut, maupun kayunya. Dalam hal ini petani diperlukan
memiliki pengetahuan lebih dalam pengolahan. Selain itu petani dipogramkan
untuk memperkuat oranisasi kelembagaannya. Fakta bahwa petani harus memperkuat
organisasinya (Isabelita et al.2009,
h.10) menunjukkan:
On
the part of the farmers, they must strengthen their organizations to enable
them to undertake collective action for efficient marketing of their products,
improved bargaining for better prices with their buyers, and better
coordination in obtaining available services and resources from the government
and NGOs. Better organization of farmers is possible through continuous training and capacity-building,sustained
support from the government, and improved business linkages with the private
sector.
Untuk memungkinkan para petani melakukan
tindakan kolektif yang efisien untuk memasarkan produk mereka, mereka harus
memperkuat organisasinya sehingga terjadikoordinasi yang lebih baik dalam
memperoleh layangan dari organisasi baik dari pemerintah maupun LSM.
Bila kebijakan, strategi, dan program dalam
pengopimalisasi potensi kelapa Indonesia yang ada di Indonesia bejalan
beriringan maka akan tercipta keinginan bangsa dalam menunjukan keunggulan
kompetitif Indonesia. Apalagi dengan
menejemen pemasaraan yang baik, pendapatan petani akan meningkat dengan semakin
efisiennya saluran pemasaran kelapa. Namun ada hal yang perlu diperhatikan ,persoalan
kelancaran pemasaran sangat tergantung pada kualitas produk yang dihasilkan
oleh petani produsen dan juga upaya penyempurnaan kinerja lembaga-lembaga
pemasaran dan sistem pemasaran itu sendiri sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan serta kualitas tingkat kesejahteraan petani kelapa yang
memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Mithel,K & Philotheus ,T n.d, ‘Strategy
Of Developing Cocontut Farm Enterpries
In
South Minahasa Regency Indonesia’, GOOGLE,h.3 dilihat 8 Oktober 2011,http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBcQFjAA&ggugugkumajas.pdf&rct=j&q=STRATEGY%20OF%20DEVELOPING%20COCONUT%20FARM%20ENTERPRISES%20IN%20SOUTH%20MINAHASA%20REGENCY%20INDONESIA%2Cjournal%2Cpdf&ei=PCaRTtneIamviQfC6pSfDg&usg=AFQjCNHzwUGvsNdhw02fW4GXz-ExlXq75w&cad=rja>
Isabelita ,M, Rowena,D, & Stella,V 2009,’Key Actors, Prices and Value
Shares in The Philipine Coconut Market
Chains: Implications for Poverty
Reduction’,GOOGLE, Vol.15,
No.1, dilihat 10Oktober 2011,< http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBoQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.issaas.org%2Fjournal%2Fv15%2F01%2Fjournal-issaas-v15n1-pabuayon.pdf&rct=j&q=KEY%20ACTORS%2C%20PRICES%20AND%20VALUE%20SHARES%20IN%20THE%20PHILIPPINE%20COCONUT%20%20%20MARKET%20CHAINS%3A%20IMPLICATIONS%20FOR%20POVERTY%20REDUCTION%20%20%20%2C%20pdf&ei=98OSTum9HZGyrAeH5JyYAQ&usg=AFQjCNHSJCy4grDQ2ItAlY9JBt920s1jfQ&cad=rja>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar